Home » , » Analisis: Retorika Politik Yang Pada Akhirnya, Megawati Tetap Maju

Analisis: Retorika Politik Yang Pada Akhirnya, Megawati Tetap Maju

Analisis: Retorika Politik Yang Pada Akhirnya, Megawati Tetap Maju - Euphoria publik soal Jokowi maju capres dari PDIP bisa jadi misleading pada ujungnya. Publik seolah memang sedang merayakan kembali kesuksesan Jokowi ketika memenangkan DKI1, dan sekarang ingin diulang kembali untuk RI1.

Didukung dengan berbagai sarana tempur terutama media mainstream dan orkestrase social media yang canggih serta pencak silatnya para pollster lembaga survei, Jokowi seperti tak tertandingi.

Namun demikian, banyak pula sekarang suara-suara yang makin keras dan kuat untuk mempertanyakan kesungguhan Jokowi jadi capres. Wacana yang diusung PDIP dengan mencalonkan gubernur DKI ini sebenarnya bagian dari manipulasi canggih yang dilakukan oleh faksi pro-Mega di internal partai moncong putih itu.

Jokowi ditampilkan ke depan sebelum pilihan legislatif supaya suara partai ini menjadi juara 9 April nanti. Apakah lantas setelah PDIP jadi juara pemilu maka Jokowi tinggal ketok palu resmi jadi capres? Rasa-rasanya yang berpikir demikian agak naif.

Megawati tentu tidak bodoh melihat permainan politik saat ini. Jokowi dicapreskan sekedar sebagai wacana politik saja. Dengan alasan “sumpah gubernur”, maka Jokowi setelah pemilu 9 April nanti akan dibuat membuat pernyataan mengundurkan diri sebagai capres dan tentu akan menyerahkan kembali kepada jajaran PDIP.

Pernyataan Jokowi yang siap “bismillah” bersedia dicapreskan adalah retorika politik untuk memenangkan pemilu karena publik toh juga membutuhkan kepastian. Di saat PDIP sudah menang, merubah sikap adalah urusan belakang.

Pilpres 2014 ini adalah pertaruhan terakhir trah Soekarno sehingga tentu tidak akan dilepaskan begitu saja secara bodoh kepada “anak kemarin sore” Jokowi. Jokowi tetap akan kembali memimpin gubernur DKI dan pada waktunya nanti Megawati lah yang akan tetap dicalonkan sebagai capres dari PDIP untuk pilpres 2014 ini.

Mungkin skenario ini lebih aman untuk PDIP. Di kultur internal PDIP ini, menyelematkan institusi lebih penting dibandingkan kepentingan individual, kecuali si Ibu sendiri yang bisa menentukan segalanya. Jadi, jangan terlalu gembira dengan pencapresan Jokowi karena ini hanya bagian dari manipulasi tingkat tinggi partai banteng ini.

Selamat wait and see...


0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.