Berapa Biaya Hancurkan 'Death Star'? Ini Jawaban Mahasiswa

Berapa Biaya Hancurkan 'Death Star'? Ini Jawaban Mahasiswa


Ada-ada saja yang dilakukan oleh penggemar Star Wars menjelang penayangan perdana film Star Wars: The Force Awakens. Umumnya fans membeli pernak-pernik terkait film tersebut.

Namun, seorang mahasiswa bernama Zachary Feinstein telah memperhitungkan biaya yang dihabiskan untuk menghancurkan Death Star.

Dilansir Science Alert, Selasa (15 Desember 2015), mahasiswa teknik keuangan Washington University ini mendapatkan jawaban atas dokumentasi finansial kehancuran stasiun luar angkasa Death Star yang terjadi dalam franchise film Star Wars.

Menurut perhitungan Feinstein, kehancuran Death Star pertama memakan biaya yang tak sedikit, sekitar US$ 193 juta triliun. Biaya ini sudah termasuk penelitian dan pengembangan.

Sementara itu kehancuran Death Star kedua diduga menghabiskan biaya US$419 juta triliun. Stasiun luar angkasa sebesar ini akan membutuhkan banyak pendukung, dan menurut Feinstein kenhancurannya akan membuat prekonomian galaksi mengalami krisis besar-besaran.

Menurut Feinstein itu sebabnya The Empire akan tetap berjaya dalam film-film yang akan datang, Rebel Alliance tidak akan memilki biaya untuk memperbaiki ekonomi setelah kenhancuran Death Star kedua.

"Jika tidak ada dana kemungkinan besar galaksi akan memasuki depresi ekonomi besar-besaran," ungkap Feinstein.


Feinstein menuangkan pemikirannya melalui naskah ilmiah berjudul "It's a Trap: Emperor Palpatine's Poison Pill".


Perhitungan ini ia lakukan berdasarkan ukuran kapal induk di era modern sekarang ini, lalu melakukan memperhitungkan kembali berapa banyak biaya baja dan bahan lainnya yang diperlukan untuk membangun Death Star, stasiun luar angkasa yang bisa menghancurkan planet dalam sekali tembak.

"Ekonomi dan keuangan, kurang lebih seperti 'Force' yang dijelaskan oleh master Jedi Obi-Wan Kenobi, 'diciptakan oleh makhluk hidup. Mengelilingi dan mempengaruhi kita, menyatukan galaksi bersama," tulisnya.

Naskah yang ditulisnya juga menerangkan analisa finansial yang memperhitungkan ekonomi galaksi yang bergantung kepada The Empire, dan berapa banyak investor yang memiliki hutang.

Kesimpulannya, Feinstein memperhitungkan Rebel Alliance akan membutuhkan biaya jaminan sekitar 20 persen dari 'Produk Galaktik Bruto' untuk menghindari depresi ekonomi besar-besaran, namun sangat disayangkan, matematika bukan keahlian Luke Skywalker.

Jadi ketika Anda menikmati Star Wars: The Force Awakens Natal ini, pikirkan dampak finansial dalam adegan-adegan besar.

Bisnis Mengerikan di Tiongkok: Jasad Manusia Dijadikan 'Sandera'

Bisnis Mengerikan di Tiongkok: Jasad Manusia Dijadikan 'Sandera'


Pada 30 November 2015, Deng Shuchao yang putus asa memutuskan melompat dari jembatan. Nyawanya melayang setelah tubuhnya terhempas di Sungai Jinsha, di dekat kampung halamannya di Panzhihua, Sichuan, Tiongkok.

Tiga hari setelah bunuh diri, jasad sopir taksi berusia 25 tahun itu masih mengambang di sungai. Diikat di sebuah batu agar tak hanyut.

Keluarganya tak kuasa mengevakuasi jenazahnya, bahkan menyentuh sekalipun. Itu hal tabu. Ketidakberuntungan diyakini akan menimpa mereka jika melakukannya.

Namun, para nelayan yang ada di sana tak sudi meminggirkan jasad Deng cuma-cuma. Mereka menuntut bayaran 18 ribu yuan atau Rp 39 juta -- jumlah yang terlalu besar untuk keluarga sederhana itu.

Dan selama 3 hari, keluarga Deng menanti di pinggir sungai, menangis, dan meminta belas kasih para nelayan di sana. Pemandangan nelangsa, saat ayah, ibu, dan adik korban bercucuran air mata sambil memandang jasad yang terapung itu, terekam kamera.

Seperti dikutip dari South China Morning Post, polisi pun datang. Namun, yang aparat hanya bisa membujuk pasangan yang berduka itu untuk meminjam uang dari kerabat, sambil mencoba mendapat 'diskon'.

Ayah Deng mengaku, ia sudah memohon sedemikian rupa agar para nelayan mengevakuasi jasad putranya. Namun mereka menolak melakukannya tanpa bayaran.

"Ada 6 nelayan. Aku memohon pada mereka, menangis, dan menawarkan masing-masing 200 yuan (Rp 435 ribu). Namun, mereka bergeming," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Selasa (15/12/2015).


Tindakan para nelayan memang tak berperikemanusiaan. Namun, Jiang Jian, profesor hukum dari Sichuan Normal University mengatakan, meminta sejumlah uang sebagai imbalan mengangkut jasad manusia bukanlah pelanggaran.

Sementara, artikel China Daily menuliskan bahwa nelayan tersebut tak bermoral. Di sisi lain, hal tersebut menguak sebuah fakta menyedihkan.

"Akar dari permasalahan adalah tidak adanya layanan publik," demikian opini yang tertulis di media tersebut.


"Saat pemerintah tak bisa melakukan apapun, muncul orang-orang yang menjadikannya alat mencari uang -- meminta bayaran dari keluarga yang ingin memakamkan orang-orang terkasih."

Yang paling buruk adalah ketika polisi datang, yang mereka lakukan hanya meminta diskon. Alih-alih membantu pasangan yang berduka itu. "Padahal mereka terlatih dan mampu mengangkat jenazah itu dari sungai namun mereka tak melakukannya."

Tak hanya para nelayan yang 'mata duitan'. Polisi juga dianggap layak dicaci.

Itu bukan kisah baru di China. BBC melaporkan pada 2010 bahwa para nelayan pencari jasad menghasilkan banyak uang di Sungai Kuning.

Wei Xinpeng yang saat itu berusia 55 tahun mengaku mengevakuasi lebih dari 500 jasad, dengan meminta imbalan uang. Beberapa dari mereka tenggelam, lainnya bunuh diri.

"Aku mengembalikan kehormatan mereka yang meninggal," kata dia.

Putranya, tenggelam di sungai yang sama, jasadnya tak pernah ditemukan. "Sebuah pengalaman yang menyakitkan, itulah mengapa aku mulai melakukannya."

Sementara itu, Global Times melaporkan, pada 2009 tiga mahasiswa tenggelam di Provinsi Hubei saat melakukan hal mulia -- berusaha menyelamatkan 2 anak yang tenggelam.

Nelayan menemukan jasad mereka dan menuntut teman-teman sekelasnya untuk membayar.

Sementara, media berbahasa Inggris Sina melaporkan, ada pasangan yang tenggelam di sungai di Provinsi Zhejiang pada 2013. Nelayan yang mengevakuasi menuntut bayaran dari penduduk setempat.

Detik-detik Rekaman Mobil Tersambar Petir

Detik-detik Rekaman Mobil Tersambar Petir


Tersambar petir bukanlah pengalaman yang sering terjadi dalam keseharian manusia. Lebih lagi jika mengalaminya dan masih bisa hidup untuk menceritakan kisahnya.

Dikutip, Sydney Morning Herald, Selasa (15 Desember 2015), seorang pria bernama Jason Tait di Weston, New South Wales mengalami kejadian langka tersebut.

Kejadian itu terjadi Kamis lalu, 10 Desember 2015, sekitar pukul 4 sore. Ketika itu Jason hendak bergegas memindahkan mobil seorang temannya dari hujan es menuju tempat teduh.


Katanya, “Kami baru mau memindahkan sejumlah mobil. Ketika hujan es terjadi, Ken Marvin meminta tolong untuk memindahkan mobilnya.”

Rekan kerjanya Tim McDonald merekam kejadian itu dengan ponselnya, sementara Tait memindahkan kendaraan milik Marvin menuju teduhan.

Tayangan tersebut memperlihatkan mobil tersambar petir yang menggelegar, yang diduga mengenai atap sisi penumpang.

Jason mengaku ia tetap tenang karena tidak tahu apa yang telah terjadi. Pada saat kejadian, ia hanya melihat sekelebat kilat di belakang kendaraan yang dikemudikannya. Menurutnya, ia merasa sedang difoto.

“Aku hanya melihat kilat dari jendela belakang. Sungguh mengejutkan ketika aku melihat apa yang sebenarnya telah terjadi. Sebelumnya, aku kira teman-teman sedang mempermainkan aku.”

Namun, setelah kejadian itu Jason Tait bersyukur berhasil lolos dari maut, meskipun sebelumnya tidak percaya. Katanya, “tubuhku masih lengkap dengan dua kaki dan jantungku masih berdetak.”

Takut Terhadap Panel Surya, Kota Ini jadi Ejekan

Takut Terhadap Panel Surya, Kota Ini jadi Ejekan


Warga sebuah kota di Amerika Serikat tengah menjadi ejekan di dunia Twitter. Ini terjadi setelah mereka mengungkapkan kecemasan mereka terhadap panel surya memberikan dampak buruk kepada kota mereka.

Dilansir News.com.au, Selasa (15/12/2015), orang-orang di kota Woodland, North Carolina telah menolak proposal pembuatan pembangkit listrik tenaga matahari karena mereka cemas panel itu akan menghabiskan semua energi matahari.
Menurut laporan Roanoke-Chowan News Herald, penolakan tersebut dilakukan menjelang pertemuan dewan kota setelah mendapatkan sejumlah ketakutan yang dikemukakan oleh warga setempat.

Seorang pensiunan guru sains bernama Even Jane Mann, cemas bahwa panel surya akan mencuri tenaga sinar matahari dari tanaman-tanaman di kota tersebut.


Hal itu diungkapkannya setelah melakukan 'penelitian' terhadap sejumlah wilayah dekat kota yang memiliki panel surya. Ia cemas bahwa fotosintesis tidak akan tercipta dengan keberadaan panel-panel tersebut.

Bersamaan dengan itu ia juga mengemukakan sejumlah kematian akibat kanker di kota tersebut, dan tidak ada orang yang bisa meyakinkannya bahwa panel surya itu bukan penyebabnya.

"Orang datang ke sini dengan niat yang berbeda," Jane Mane bersikeras. "Sebelum kami mengetahui adanya dampak buruk atau tidak terhadap komunitas ini, sebaiknya kami tidak menandatangani surat perjanjian apapun," tambahnya lagi.

Menurut laporan pertemuan dewan kota, suaminya Even Jane Mann, Bobby membagikan rasa cemasnya dan khawatir pembangkit listrik tenaga matahari akan menghabiskan tenaga matahari mengakibatkan bisnis di dalam kota tidak berkembang.

Sementara itu, warga lainnya juga mengeluhkan terhadap dampak pembangkit listrik tenaga matahari terhadap harga properti.

Salah seorang warga, Jean Barnes, tampil ke hadapan dewan kota dengan petisi yang sudah ditandatangani penghuni kota, menentang pembangunan pembangkit tenaga listrik itu.

Meskipun sudah mendapatkan penjelasan dari pihak pengembang bahwa tidak ada dampak buruk yang akan terjadi, hasil rapat dewan kota telah menetapkan untuk menunda pembangunan pembangkit tenaga matahari.

Namun suasana ini telah telah ditanggapi dengan mem-bully dan membuat lelucon terhadap kota tersebut.

Jurnalis olahraga dan komentator politik, Keith Olbermann  memberikan tanggapannya melalui Twitter dengan mengatakan," apakah Woodland kota terbodoh di Amerika Serikat?"

Tanggapan pengguna Twitter lainnya seperti @John_Carnevale mengatakan, "Jika Anda belum tahu, panel surya tidak akan menghabiskan tenaga matahari atau menghentikan fotosintesis di sekitar wilayah. Beri tahu ini kepada North Carolina."

Sementara itu pengguna @DewiNickyX menuliskan,"Jadi orang-orang di North Carolina menolak pembangunan panel surya di kota mereka karena takut tanaman tidak akan mendapatkan sinar matahari yang cukup?"

Merasa kesal, pengguna @totalfratmove berkicau, "Sekelompok orang bodoh di North Carolina mengira panel surya menyebabkan kanker.

Rekaman Bayi Beruang Kutub yang Lucu dan Menggemaskan Saat Tidur

Rekaman Bayi Beruang Kutub yang Lucu dan Menggemaskan Saat Tidur


Video bayi beruang kutub sedang tidur bersama boneka bulu rusanya membuat para peneliti di Colombus Zoo and Aquarium di Ohio jatuh hati dan berkata, "aaww."

Tak hanya para peneliti dan petugas, netizen pun tak kalah gemasnya dengan tingkah laku beruang imut itu, saat kebun binatang memposting video tersebut.


"Ini bayi beruang putih berusia 5 bulan. Dia berbobot 1.8 kilogram dan memiliki panjang 41 sentimeter. Matanya baru saja pelan-pelan membuka, tapi belum sepenuhnya melek!" tulis kebun binatang tersebut di Facebooknya, seperti dilansir CNN, Minggu 13 Desember 2015.

Banyak netizen mengomentari tingkah hewan itu. Apalagi suara dengkuran halus yang menggemaskan dan leletan lidahnya yang menjulur membuat bayi beruang kutub itu semakin lucu.

"Hatiku luluh dan lumer melihat tingkah laku bayi --manusia maupun beruang kutub-- tidur," kata salah satu pembaca.

"Ya Tuhan! Suara dengkurannya imut sekali!" kata pembaca yang lain.

Berikut rekaman video si bayi beruang kutub saat tidur. Menggemaskan!

Anak beruang kutub itu lahir dari induk bernama Aurora, salah satu beruang kutub dewasa yang dimiliki kebun binatang tersebut. Bayi beruang berkelamin betina itu lahir pada 6 November lalu.

Tim dokter hewan kebun binatang itu mengawasi sang bayi 24 jam. Hal itu dikarenakan biasanya bayi beruang kutub tak mampu bertahan dalam minggu-minggu pertama.

"Beruang kutub mirip panda, mereka itu hewan spesial yang melahirkan bayi dengan ukuran sangat kecil. Itu yang membuat hewan itu sangat rentan," kata Jennifer Wilson, direktur kebun binatang.

"Dengan perawatan manusia, kemungkinan bayi itu bisa hidup mencapai 50 persen," tutupnya.

Rumah Tinggal ala Hobbit Ini Bisa Dirakit Sendiri

Rumah Tinggal ala Hobbit Ini Bisa Dirakit Sendiri


Earthship merupakan jenis rumah yang dibangun dengan ide ramah bagi lingkungan. Energi yang digunakan untuk menopang kehidupan manusia yang menghuninya diambil dari alam, seperti matahari yang diubah menjadi listrik. Menjadikan hunian earthship bermanfaat bagi kesehatan lingkungan. 

Rumah ala Hobbit dalam film Lord of The Ring dan The Hobbit itu dibangun menyatu dengan tanah sebagai penyekat alami dan mampu menahan air dari hujan badai. Tak hanya itu, tanah juga berfungsi untuk mempertahankan suhu udara optimal. Jadi, Anda tidak perlu lagi pengaturan suhu ruangan, menjadikan biaya perawatan lebih murah. 


Pembangunannya memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, dan memerlukan keterampilan merakit yang luar biasa.  Green Magic Homes, adalah perusahaan asal Kanada yang menawarkan jasa pembuatan earthship, rumah ramah lingkungan.

Dikutip The Plaid Zebra, 11 Desember 2015, perusahaan menawarkan 'paket rakitan rumah' untuk siapa saja yang memiliki keterampilan dalam menggunakan bor. Rumah ramah lingkungan 'Magic Green Home' akan didatangkan dalam rangkaian panel dinding, dengan lubang-lubang kecil pada sisinya. Memudahkan Anda untuk membangun hanya dengan memasang mur untuk menyatukan rumah.

Menurut Inhabitat, "Perekat komposit dan kanal kabel listrik dan pipa air, serta perekat ventilasi mesin bisa ditambahkan pada bagian luar kapanpun", dengan kata lain pemilik bisa mengembangkan bangunan rumah tanpa perlu banyak usaha. Sementara, lapisan luar rumah total tak bisa ditembus air.


Panel tembok juga didesain untuk menutupi tanah, yang sekaligus digunakan untuk merawat tanaman. Walau banyak earthship biasa dibangun di tanah, desain ini membalik proses, sehingga tanah melapisi tembok rumah.


Kelebihan dari earthship ini, adalah Anda dengan mudah bisa mengembangkan ruang tinggal seiring waktu. Mengenai biaya, rumah dibanderol US$ 34,74 per kaki kubik (satu kaki sama dengan 30,48 cm), sehingga untuk rumah seluas 122 meter kubik, biayanya hanya sedikit di bawah US$ 14.000 (Rp. 195,12 juta).


Green Magic Homes menawarkan juga gazebo dengan harga US$ 25 per kaki kubik, atau USD 10.000 (Rp. 140 juta) per 122 meter kubik.

Secara keseluruhan, Green Magic Home merupakan 'earthship untuk amatiran', kelebihannya sebagian besar adalah desain yang relatif mudah untuk dirakit dan dikembangkan.

Drone dan Pelontar Api, Cara 'Gila' Bakar Kalkun,

Drone dan Pelontar Api, Cara 'Gila' Bakar Kalkun,


Sebuah video menghebohkan muncul di dunia maya yang memperlihatkan cara tak biasa dalam memanggang kalkun. Menggunakan drone yang dilengkapi flamethrower (pelontar api) menyemburkan api besar untuk memanggang.

"Begini caranya memanggang kalkun di saat liburan," tulis judul video.

Austin Haughwout, pemuda yang mengunggah video ini sebelumnya telah menarik perhatian netizen melalui video drone yang menembakkan senjata api di atas hutan.

Rekaman yang diunggah dalam situs berbagi video memperlihatkan kalkun ditancapkan pada kayu tergantung antara dua pohon. Sementara drone terbang maju-mundur dengan flamethrower menyemburkan api yang merebak.


Meski drone dan flamethrower membahayakan, namun menurut Sersan Detektif Joseph Flynn dari departemen kepolision Clinton, perpaduan kedua peralatan tidak melanggar hukum.

"Hukum belum diperbaharui menurut teknologi terbaru," jelas Flynn dikutip UPI, Jumat 11 Desember 2015.

Sedangkan David McGuire, polisi dan direktur legislatif untuk ACLU Connecticut, menyatakan bahwa video ini adalah petanda untuk dilakukannya pembaharuan hukum.

"Seperti insiden senjata, ini menunjukkan perlunya regulasi drone yang komprehensif," ungkap McGuire. "Kami akan melipatgandakan usaha dalam mewujudkan regulasi drone sesuai akal yang sehat.

Saksikan video membakar kalkun dengan drone!

Blog Archive

Powered by Blogger.