Home » , » Misteri Harta Karun Gajah Pendem Yang Menyimpan Emas 24 Karat

Misteri Harta Karun Gajah Pendem Yang Menyimpan Emas 24 Karat

Misteri Harta Karun Gajah Pendem Yang Menyimpan Emas 24 Karat - Dibawah sebuah patung berbentuk gajah yang berada di Dusun Senden, Desa Cepoko Sawit, Kecamatan Sawit konon tersimpan harta karun berupa lantakan emas murni. Karena rumor yang beredar tersebut, tidak sedikit tokoh spiritual yang mencoba mendeteksi keberadaan harta karun terpendam tersebut.

Tak hanya itu, di tempat ini juga disebut-sebut ada emas 24 karat dalam bentuk miniatur perahu yang beratnya tak kurang dari 50 Kg. Namun hingga saat ini, misteri keberadaan benda mulia itu tetap jadi teta-teki dan belum seorang pun yang bisa mengungkapnya.

Batu keramat yan dimaksud tersebut bernama 'Gajah Pendem' alias gajah yang tertimbun. Disebut demikian karena setengah dari badan patung gajah ini tertimbun di tanah. Menurut penuturan Suwarno, seorang sesepuh warga setempat, cerita itu tidak hanya isapan jempol belaka.

Beberapa paranormal menurutnya berhasil menerawang keberadaan harta karun di sekitar Gajah Pendem. Bahkan posisi miniatur kapal yang terbuat dari emas murni menurutnya persis berada dibawah Gajah Pendem. Sedangkan koin emas murni yang jumlahnya sekitar 1.000 keping berhamburan di sekitarnya.

Namun harta karun yang nilainya tak terhingga ini, saat ini belum bisa diangkat. Selain berada di bawah kedalaman tanah, prosesi mengangkat harta karun seperti itu, memerlukan ritual khusus dengan perlengkapan ritual yang spesifik pula. Lebih-lebih, harta karun tersebut menurutnya ada penjaga gaibnya.

“Mengangkat harta karun, tak semudah membalikkan telapak tangan. Harta karun di sini, tak bisa diangkat dengan peralatan nyata. Karena dijaga oleh makhluk gaib," ujar pria yang juga anggota Legiun Veteran ini.

Ia menerangkan, beberapa waktu yang lalu, Gajah Pendem ini pernah berusaha diangkat ke permukaan dengan peralatan canggih untuk mengetahui harta karun jenis apa yang terpendem di bawahnya seperti yang selama ini digembar-gemborkan oleh masyarakat. Namun, jangankan terangkat atau bisa menggeser posisi patung gajah tersebut, belum sempat Gajah Pendem ini bergerak, rantai sebesar ibu jari orang dewasa yang digunakan sebagai alat untuk mengikat, langsung putus. Gajah justru semakin ambles ke dalam tanah, seperti menolak untuk diangkat. “Padahal saat pengangkatan berlangsung, rantai yang mengikatnya sebanyak tiga buah,” tutur Suwarno.
Baca Juga:
Inilah 10 Harta Karun Terpendam Terbesar di Dunia
Selain itu, sudah ada puluhan paranormal yang datang dari berbagai daerah untuk mengangkat harta karun yang ada di bawah serta di sekitar Gajah Pendem. Namun hingga saat ini, tak seorangpun yang menurutnya berhasil.

“Saya percaya, kalau di sini ada harta karunnya entah berupa apa dan ini sudah menjadi kepercayaan masyarakat sejak dulu dan saya juga percaya, jika harta karun itu ada penunggu gaibnya. Buktinya, kendaraan berat dengan tiga rantai besar yang berusaha menggeser patung gajah ini dari posisinya, langsung putus,” terang Suwarno.

Kerajaan Pengging Purwa dan Damarmaya
Ia menuturkan, ada sebuah legenda yang melatarbelakangi mengapa patung gajah itu disebut Gajah Pendem. Ketika itu di wilayah Boyolali, masih berdiri kerajaan Pengging Purwa dengan rajanya yang bernama Damarmaya. Raja ini mempunyai seorang putera mahkota yang cukup tampan. Selain tampan, putera mahkota ini juga mempunyai kesaktian yang luar biasa.

Karena ketampanannya inilah, banyak putri dari kerajaan tetangga maupun kadipaten, yang berusaha merebut hati sang pangeran. Sayangnya, tak seorangpun puteri yang berhasil melunakkan hatinya.

Ketampanan putera mahkota Pengging Purwa, beritanya kian menyebar kemana-mana. Tak hanya kerajaan yang ada di nusantara saat itu yang mendengar akan ketampanannya, tak sedikit puteri dari negeri seberang yang datang melamar putera mahkota Kerajaan Pengging Purwa. Salah satunya yakni, puteri dari negeri Campa, atau Kamboja. Tak jelas siapa nama puteri dari negeri Campa yang datang melamar putera mahkota Pengging Purwa saat itu.

Namun menurut legenda yang beredar dari tutur, agar lamarannya diterima oleh Raja Pengging Purwa dan putera mahkota terpikat kepadanya, selain mengandalkan kecantikan, saat datang ke Pengging Purwa, puteri ini membawa berbagai macam bentuk emas sebagai persembahan. Salah satunya yakni miniatur kapal yang terbuat dari emas murni. Belum lagi dalam bentuk perhiasan serta koin yang bergambar puteri tersebut.

Karena letaknya negerinya yang jauh, selain membawa kapal besar, puteri ini bersama pengawalnya juga membawa seekor gajah yang mengangkut semua barang berharga yang terbuat dari emas.

Begitu tiba di negeri Pengging Purwa, puteri Campa ini langsung menghadap raja untuk mengutarakan maksudnya. Secara kebetulan, saat diriya menghadap Raja Pengging Purwa, putera mahkota melihatnya.

Kedua insan berlainan jenis ini kemudian saling curi pandang. Rupanya, ada kecocokan diantara mereka. Namun sayangnya, Raja Pengging Purwa justeru merasa tersinggung atas barang-barang persembahan yang dibawa Puteri Campa.

Dengan maskawin emas sebanyak itu, Raja Pengging Purwa justru menilai itu sebuah penghinaan. Saat itu juga, lamaran Puteri Campa langsung ditolak, padahal sebenarnya, putera mahkota sudah menyukai puteri Campa yang melamarnya.

Kemarahan Raja Pengging Purwa, rupanya tak sebatas menolak lamaran puteri Campa. Sang Prabu Damarmaya kemudian keluar menuju alun-alun di mana gajah yang mengangkut barang berharga itu berhenti. Setelah mendekati gajah tersebut, Raja Pengging Purwa ini langsung mengeluarkan kata-kata berupa kutukan.

Saat itu juga, atas kutukan dari Raja Pengging Purwa, gajah yang mengangkut barang berharga yang rencananya digunakan sebagai maskawin itu, langsung berubah menjadi batu, namun bentuknya tetap seperti gajah.

Tak lama setelah gajah tersebut berubah menjadi batu, atas kesaktian Damarmaya pula, gajah itu langsung tenggelam ke bumi. Karena itulah, mengapa nama gajah tersebut sekarang lebih dikenal dengan nama Gajah Pendem. Maksdunya, gajah yang terpendem. Seterusnya, karena malu, puteri Campa kembali ke negerinya.

“Atas dasar dari legenda tersebut, kemudian daerah sini diberi nama Desa Cempoko. Maksudnya, berasal dari kota Campa,” papar Suwarno.

Benar atau tidaknya kisah tersebut tidak ada yang dapat membuktikan. Bahkan patung inipun tidak diurusi oleh kantor purbakala setempat. Yang jelas hampir setiap hari ada saja orang datang tirakat sambil membawa sesaji untuk memohon sesuatu atau sekedar menghormati makhluk tak kasat mata yang menunggu kawasan tersebut. (Deni Hermawan)

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.