Home » , , , , » FBI vs FIFA, Korupsi Dalam Sepakbola Dunia

FBI vs FIFA, Korupsi Dalam Sepakbola Dunia



FIFA, organisasi yang mengelola sepakbola dunia, sedang dilanda krisis besar. FIFA mendapatkan dua tuduhan korupsi dari pemerintah Amerika Serikat.

AS, melalui Departemen Kehakiman dan FBI, menyelidiki dua proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Proses itu disinyalir dipenuhi korupsi dalam berbagai level, sejak awal hingga akhir.

Nilai korupsi yang diselidiki AS diperkirakan lebih besar dari 150 juta euro. Setelah AS menyatakan akan menyelidiki korupsi di FIFA, Kepolisian Swiss menangkap beberapa petinggi FIFA yang berasal dari CONCACAF dan CONMEBOL.

Berikut kami sajikan beberapa poin yang perlu anda tahu dari skandal FIFA kali ini. 




1. Mengapa FIFA Diselidiki?
Sepanjang beberapa dekade terakhir, FIFA sudah mendapat banyak tudingan miring mengenai korupsi dan berbagai aktivitas ilegal lainnya. FIFA adalah badan independen yang secara de facto tidak bertanggung jawab kepada siapa pun. Tidak ada lembaga lain yang bisa meminta kejelasan atau transparansi dari FIFA.

Posisi unik dan menguntungkan itu dimanfaatkan para petinggi FIFA untuk meraih keuntungan bagi diri sendiri dalam berbagai 'proyek'. Hampir setiap kegiatan FIFA disinyalir diwarnai korupsi, namun hal ini sangat sulit dibuktikan karena tindakan korupsi itu dilakukan dengan sangat rapi dan tak ada satu pihak pun yang mau menjadi whistleblower.

Salah satu aksi korupsi yang paling terlihat adalah dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022 yang diberikan kepada Qatar. Dalam kampanyenya, Qatar menjanjikan berbagai inovasi teknologi yang memungkinkan Piala Dunia digelar pada musim panas. Namun seiring waktu, Qatar dan FIFA mulai menunjukkan penyimpangan janji. Kini bahkan Qatar dan FIFA menegaskan bahwa Piala Dunia 2022 akan digelar pada musim dingin.

Tentu saja hal ini memantik reaksi keras dari dunia sepakbola karena jika dilanjutkan, akan merusak jadwal banyak kompetisi besar. Namun FIFA bersikukuh membela Qatar, dan hal ini dianggap sebagai sinyalemen bahwa para petinggi FIFA sudah terlanjur mendapat banyak uang suap dari Qatar.

FIFA sebenarnya sempat membuat penyelidikan internal atas proses bidding Qatar, namun hasil investigasi yang dilakukan Michael Garcia itu tidak jadi diterbitkan ke publik karena banyak menunjukkan borok FIFA.




2. Penyelidikan AS dan Swiss
Penyelidikan pihak Amerika Serikat menemukan fakta bahwa korupsi di tubuh FIFA sudah terjadi secara masif sejak 1991. Penyelidikan AS ini adalah yang paling serius yang pernah dihadapi FIFA. Jika dilanjutkan, bisa jadi beberapa petinggi senior FIFA harus menjalani hukuman penjara di Amerika Serikat.

Selain itu, Kepolisian Swiss (markas FIFA di Swiss) juga sudah memberikan tuduhan kriminal. Selain tujuh orang yang sudah ditangkap, masih ada tujuh orang lagi yang diincar oleh pihak Swiss.

Ini adalah kali pertama sebuah badan yang bisa menghukum FIFA melakukan penyelidikan. Namun dalam statement mereka, Kepolisian Swiss menyatakan bahwa FIFA adalah pihak yang dirugikan. Dengan kata lain, polisi Swiss, FBI dan Departemen Kehakiman AS mengincar para sosok di dalam FIFA yang memanfaatkan posisi mereka untuk mendapatkan uang, baik dari uang suap, korupsi, maupun tindak pencucian uang.




3. Siapa Yang Ditangkap ?
Sosok-sosok yang sudah ditangkap di Swiss adalah para pemegang kekuasaan di CONCACAF (federasi sepakbola Amerika Utara dan tengah). penangkapan mereka dilakukan oleh kepolisian Swiss atas permintaan dari pihak berwenang Amerika Serikat.

Penangkapan ini dianggap sebagai batu pijakan pertama untuk menyingkap kebobrokan FIFA secara menyeluruh. AS ingin menyelidiki dulu korupsi FIFA yang melibatkan negara mereka. Salah satu yang sedang ditelusuri adalah proses penjualan hak siar dan sponsor Piala Dunia di Amerika Serikat.

FBI dan Departemen Kehakiman AS dibantu oleh seorang mantan perwakilan AS di FIFA; Charles 'Chuck' Blazer. Chuck Blazer mengungkapkan berbagai kebusukan di FIFA dan CONCACAF. Ia pun sudah mengaku bersalah, mau bekerjasama dengan pihak berwenang dan telah membayar 1,9 juta dollar sebagai ganti rugi kepada pemerintah AS.

Sosok yang diincar FBI kini adalah Jeffrey Webb, kepala CONCACAF. Webb, bersama mantan ketua CONCACAF Jack Warner, dinilai sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas banyaknya  transaksi keuangan yang mencurigakan.

Sebagai catatan, Webb sebenarnya adalah sosok yang dipersiapkan oleh para petinggi FIFA untuk menjadi pengganti Sepp Blatter nantinya. Hal itu sudah disampaikan sendiri oleh Blatter dan Warner.




4. Bagaimana Nasib Sepp Blatter?
Nama Sepp Blatter tidak masuk dalam daftar terduga dalam penyelidikan AS. Namun Blatter belum sepenuhnya aman. Dalam dakwaan AS, mereka yang ditangkap dianggap bekerja di FIFA yang dikepalai Blatter.

Blatter kemudian sempat mengeluarkan pernyataan bahwa FIFA mendukung penuh langkah AS dan Swiss untuk memberantas biang korupsi di FIFA. Namun langkah ini dinilai sebagai upaya Blatter untuk menyelamatkan dirinya sendiri dengan mengorbankan anak buahnya.

Blatter juga sudah tidak mau lagi bepergian ke Amerika Serikat karena takut akan ditangkap oleh FBI. Namun ia membantah hal itu meski tetap tak berani datang ke AS.




5. Apa Peran Amerika Serikat ?
FBI sebenarnya sudah melakukan penyelidikan untuk mengusut korupsi di tubuh FIFA. Investigasi ini awalnya dilakukan untuk mengetahui penyelewengan dalam proses bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Namun setelah melakukan penyelidikan, FBI memperluas investigasi mereka dengan melihat korupsi di tubuh FIFA selama 20 tahun terakhir.

Laporan Departemen Kehakiman AS menyebutkan bahwa para petinggi FIFA yang ditangkap itu merencanakan korupsi di Amerika, meski eksekusinya dilakukan di negara lain. Selain itu, penggunaan bank AS dalam praktek korupsi itu juga menjadikan kasus ini masuk dalam yurisdiksi AS.

FBI juga sudah melakukan penggrebekan dan menyita dokumen dari markas CONCACAF di Miami.


6. Mengapa Swiss ?
Swiss adalah rumah FIFA, tempat markas besar mereka berada. Perusahaan yang bernama FIFA didaftarkan di Swiss. Karena FIFA melakukan banyak kegiatan amal, mereka pun mendapatkan banyak potongan pajak dari pemerintah Swiss.

Selain itu, AS memilih bekerjasama dengan Swiss karena kedua negara memiliki kesepakatan ekstradisi. Artinya, mereka yang ditangkap di Swiss bisa segera diterbangkan ke AS. Hal ini memancing ketakutan dari beberapa tersangka yang menolak diekstradisi karena tak mau menghadapi tuntutan kriminal di AS.

Selain itu, Otoritas AS juga memanfaatkan momen Kongres tahunan FIFA untuk melakukan gerakan cepat. Dalam kongres ini, banyak tokoh penting, termasuk tersangka utama yang berkumpul.

Jika semua tersangka ditangkap di Swiss, AS akan memiliki kekuatan hukum untuk meminta otoritas Swiss mengekstradisi mereka ke negeri Paman Sam.




7. Jumlah Uang yang Besar
Pemerintah AS meyakini bahwa uang yang dikorupsi secara sistematis di FIFA bisa melebihi angka 150 juta dollar. Itu pun belum semuanya karena kebanyakan yang diselidiki FBI baru yang berhubungan dengan korupsi FIFA di CONCACAF.

Dalam laporan korupsi di Karibia, dilaporkan bahwa beberapa staf tinggi CONCACAF menerima masing-masing 40 ribu dollar tunai yang diberikan dalam amplop.

FIFA adalah gudang uang. Tanpa transparansi, jual beli kekuasaan dan voting akan mudah dilakukan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan di organisasi sepakbola itu. Salah satu contoh mudahnya adalah ketika memilih stasiun televisi yang akan menyiarkan Piala Dunia di area tertentu, biasanya sang punya kuasa akan mendapatkan uang dalam jumlah jutaan dollar sebagai pelicin.

Secara total, FIFA mendapatkan uang 2 miliar dollar dari Piala Dunia saja. Itu pun dari pendapatan resmi saja. Memilih tuan rumah yang 'tepat' bisa menjadikan para petinggi mereka kaya mendadak dengan mendapatkan uang suap yang besar.

Sebagai catatan, Qatar akan menghabiskan ratusan miliar dollar untuk menggelar Piala Dunia 2022 mendatang. Bisa dibayangkan berapa uang yang bisa didapat pemilik suara untuk memilih Qatar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemilihan tuan rumah itu memang diwarnai korupsi besar-besaran.




8. Pergantian Tuan Rumah Piala Dunia
Akan sangat sulit untuk mengubah keputusan perubahan tuan rumah Piala Dunia tahun 2018 dan 2022. Fokus pihak berwenang kali ini adalah menyelidiki tindakan korupsi yang sudah terjadi.

Butuh bukti-bukti yang luar biasa besar untuk mengubah tuan rumah dua Piala Dunia ke depan. Bahkan jika seandainya Inggris ingin menjadi tuan rumah pun, mereka masih harus banyak melakukan renovasi stadion gara siap untuk Piala Dunia.

Meski Qatar memiliki sejarah panjang dalam kontroversi hingga terpilih, namun sepertinya akan sulit bagi siapa pun untuk memindahkan Piala Dunia. Selain korupsi, Qatar juga mendapat banyak sorotan karena perlakuan mereka terhadap pekerja asing.


0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Powered by Blogger.