Aisyah mengayuh sepedanya |
Ketika malam tiba, mereka berdua meringkuk di atas becak yang diparkir di teras rumah warga.
Apabila hujan turun, suasana menjadi semakin sulit karena becak tersebut merupakan satu satunya harta miliknya yang dijadikan rumah sekaligus .
Tidak sekolahnya Sang Bocah Aisyah karena kesehariannya hanya mengurus ayahnya dengan keadaan yang sangat sulit, walau dulu dia sempat duduk di kelas satu Sekolah Dasar (SD).
Suara lirihpun tersampaikan “mulai dari bangun pagi sampai mau tidur lagi, hanya menjaga ayah,” kata Aisyah di trotoar depan Masjid Raya Al Mashun, Jalan Sisingamangaraja, Medan, Sumatera Utara (Sumut), Rabu (19/3/2014) sore.
Ada beberapa barang di becak itu menjadi rumah bagi Siti Aisyah dan ayahnya, mulai dari bantal, ember, selimut, pakaian dan kebutuhan harian lainnya.
Segala aktifitas dan harapan bernaung hanya di atas becak itu |
Dengan terkulai Sang ayah Nawawi menderita penyakit komplikasi paru yang berimbas pada kondisi fisiknya.
Badan yang kurus layu dan tidak bisa menggerakkan sebagian besar tubuhnya.
Hanya sang bocah perempuan Aisyah lah yang menjadi tumpuan hidupnya, disetiap hari Aisyah yang memberi makan, minum, dan memberi obat dan mengurus kebersihan tubuh ayahnya.
Rutinitas bocah tersebut tiap hari dengan ayahnya hanya memarkirkan becak mereka di samping Masjid Raya.
Salah satu Masjid bersejarah ini menjadi bagian dari penyambung hidup mereka.
Aisyah memandikan ayahnya |
Akan tetapi jika akan ke kamar mandi masjid, Aisyah tidak akan masuk dari pintu depan tapi dengan melompati pagar masjid walau penjaga masjid mengetahuinya mereka tidak memarahinya.
Seringnya masjid ini dikunjungi oleh para turis dan pejabat, sehingga kalau sang bocah Aisyah terlihat masuk dari depan, bisa menyulitkan penjaga.
yang lebih miris lagi dengan keberadaan sang bocah Aisyah dan ayahnya tidak disukai oleh pejabat kelurahan. Bahkan mereka sering diusir, apalagi jika pejabat akan datang mengunjungi Masjid Raya.
hanya Aisyah tumpuan hidupnya |
Entah apa yang akan terjadi terhadap Aisyah dengan ayahnya untuk menghadapi hidupnya dijalanan yang hanya mengandalkan becak dan simpati dari orang lain.
Seharusnya Siti Aisyah menikmati masa kanak kanaknya bukan hidup dijalanan dan diberikan beban berat dalam hidupnya apalagi mendapatkan pendidikan yang layak untuknya.
Dimana kata ”FAKIR, MISKIN dan ANAK TERLANTAR DILINDUNGI OLEH NEGARA???"
0 comments:
Post a Comment